DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU

Serba Serbi Imunisasi

Selama saya bekerja di beberapa puskesmas, ada banyak pertanyaan dari ibu-ibu (sesekali juga dari bapak-bapak) mengenai imunisasi. Bahkan beberapa kali saya mendapatkan orang tua yang menolak anaknya diimunisasi dengan berbagai alasan. Padahal imunisasi merupakan hak anak untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang secara layak. Disitu saya merasa sedih..

Tujuan saya menulis di sini adalah untuk memberikan sedikit informasi mengenai pertanyaan yang biasa diajukan masyarakat kepada tenaga kesehatan tentang imunisasi.

Mengapa perlu imunisasi?.

Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit melalui pemberian vaksin (kuman yang mati atau dilemahkan) untuk memicu produksi antibodi agar tubuh tahan terhadap penyakit tertentu, seperti polio, hepatitis B, TBC, cacar, difteri dan lain-lain.

 

Anak yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakit-penyakit berbahaya, sehingga mereka mudah tertular penyakit tersebut dan menularkannya ke anak-anak lain. Parahnya penyakit tersebut bisa mewabah ke berbagai tempat, menyebabkan cacat hingga kematian pada anak.

Apakah imunisasi aman dilakukan?

AMAN. Para ilmuwan terus bekerja untuk membuat vaksin lebih aman dari waktu ke waktu. Sebelum mendapat lisensi dan diedarkan, vaksin telah melalui tahap uji klinis untuk menjamin keamanannya.

Bagaimana hukum imunisasi?

Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Nomor 4 Tahun 2016 mengenai imunisasi. Beberapa poin penting di dalamnya menyatakan bahwa imunisasi pada dasarnya diperbolehkan (MUBAH) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu namun wajib menggunakan vaksin yang HALAL dan SUCI.

Dalam hal jika ada indikasi keharaman, hukumnya tetap boleh diberikan pada kondisi darurat (bisa menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa) dan belum ditemukan bahan vaksin serupa yang halal dan suci.

Bisakah ASI, makanan bergizi dan suplemen herbal menggantikan imunisasi?

TIDAK BISA. Karena kekebalan yang dibentuk sangatlah berbeda. ASI, asupan gizi dan herbal hanya memperkuat daya tahan tubuh secara umum karena tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu. Sedangkan imunisasi merangsang pembentukan antibodi yang spesifik terhadap kuman atau virus tertentu, sehingga bekerja lebih cepat dan efektif untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya.

Anak saya awalnya sehat. Setelah diimunisasi, anak saya menjadi demam, bengkak kemerahan di lokasi suntikan dan menjadi rewel. Apakah itu berbahaya?

TIDAK BERBAHAYA. Demam, bengkak kemerahan dan nyeri pada lokasi suntikan merupakan reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Efek negatif ini pun tidak akan selalu terjadi pada setiap orang, karena setiap orang memiliki kondisi spesifik dan berbeda dengan individu lain.

Yang perlu diketahui adalah apa tindakan yang harus dilakukan ketika gejala itu terjadi. Anak bisa diberikan obat demam (parasetamol) sesuai dosis yang dianjurkan untuk menurunkan demam dan nyeri. Sedangkan untuk bengkak dan kemerahan pada bekas suntikan bisa dikompres dengan air hangat.

Umumnya keluhan tersebut akan hilang dalam 1 sampai 2 hari. Bila keluhan belum berhenti setelah 2 hari, atau anak demam lebih dari 39 derajat dan tidak turun dengan pemberian obat demam, silahkan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan terdekat.

Anak saya sudah diimunisasi, tapi kenapa masih tertular penyakit yang sama?

Perlindungan vaksin memang tidak 100 %. Bayi dan balita yang telah diimunisasi kemungkinan kecil masih bisa tertular penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Sedangkan bayi balita yang belum diimunisasi lengkap bila tertular penyakit tersebut bisa mengalami sakit yang lebih berat, berisiko terkena cacat hingga kematian.

Anak teman saya tidak diimunisasi, tapi sampai besar dia sehat-sehat saja… Jadi mending anak saya gak usah diimunisasi juga…

Kemungkinan anak tersebut belum pernah terpapar dengan kuman atau virus penyebab penyakit tersebut. Namun tidak ada yang bisa menjamin bahwa seumur hidup kita tidak terpapar kuman atau virus berbahaya. Ketika secara kebetulan anak tersebut terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh kuman atau virus berbahaya, kemungkinan penyakit yang diderita akan lebih berat dibandingkan anak yang telah diimunisasi sebelumnya. Yang lebih parah, anak tersebut bisa menularkan penyakitnya pada orang lain hingga akhirnya menjadi wabah.

Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?

Dimana imunisasi bisa diperoleh?

Di puskesmas, posyandu, bidan praktek swasta, rumah sakit dan dokter spesialis anak.

Apa saja jenis imunisasi yang perlu diberikan untuk anak?

Untuk jenis imunisasi dan jadwal pemberiannya, silahkan dibaca pada gambar di bawah (berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017).

Nah… apakah Bapak Ibu masih ragu untuk memberikan imunisasi pada si buah hati? Yuk segera bawa anak kita ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diimunisasi demi mewujudkan generasi yang sehat dan cerdas di masa yang akan datang.

Salam Sehat
dr. Fatimah Radhi, M.Kes

REFERENSI
Permenkes No. 12 Tahun 2017
Fatwa Majelis Ulama Indonesia No: 04 Tahun 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *